Leon Trotsky: Berjuang Melawan Stalinisme
Pada 31 Desember 1991, Uni Soviet
secara resmi dinyatakan bubar. Uni Soviet runtuh. Sementara orang mengatakan
bahwa keruntuhan Uni Soviet adalah bukti bahwa Sosialisme telah gagal. Betapa
tidak. Sejak keruntuhan Uni Soviet, segelintir minoritas multi-jutawan yang mengendalikan
dunia terus berusaha mengajari kaum buruh dan kaum muda: tidak ada alternatif bagi
kesenjangan, kemelaratan, dan kekacauan pasar; kapitalisme global adalah
satu-satunya sistem yang bisa berjalan. Mereka ingin kita percaya bahwa upaya
apapun untuk menyingkirkan kapitalisme akan menghasilkan kediktatoran, barisan
panjang orang-orang yang mengantri roti, dan pada akhirnya keruntuhan. Seperti
yang telah terjadi di Rusia!
Tapi, tunggu dulu. Betulkah
sistem yang runtuh di Rusia pada akhir 1991 itu benar-benar sistem Sosialis?
Memang, di sana bendera merah pernah berkibar, bintang merah pernah
mengangkasa, dan patung Lenin pernah berdiri tegak. Tapi sistem yang bercokol sekian
lama di Rusia sangatlah jauh dari Sosialisme! Sesungguhnya, hingga 1991 para
penguasa Uni Soviet telah menginjak-injak setiap prinsip dari Revolusi Sosialis
yang dipimpin oleh Lenin dan Trotsky pada 1917.
Uni Soviet bukan Sosialis; ia
Stalinis! Apa bedanya? Mungkin begitu Saudara bertanya. Izinkan kami
menjawabnya. Kita mulai dengan membuat perbandingan.
Pertama, pada 1917 hak-hak
istimewa kaum kaya dihapuskan. Dalam upaya menghapuskan kesenjangan antara si
kaya dan si miskin, uang kaum kaya disita. Tapi, di bawah Stalinisme para
penguasa Rusia telah mengumpulkan sejumlah besar uang bagi diri mereka sendiri.
Mereka hidup dalam kemewahan.
Kedua, pada 1917 rumah-rumah
milik kaum kaya, yakni yang kedua, ketiga, dan seterusnya, disita dan dibagi-bagikan
kepada kaum miskin dan mereka yang tidak punya rumah. Sebaliknya, pada 1991, para
penguasa Rusia memiliki apartemen-apartemen yang mewah di Moskow dan vila-vila
di pantai Laut Hitam!
Ketiga, pada 1917 kaum
perempuan memiliki kesetaraan penuh di hadapan hukum. Kaum perempuan berhak
atas tubuh mereka. Mereka terbebaskan dari patriarki berikut berbagai keharusan
yang menindas kaum perempuan. Mereka bebas mengaktualisasikan diri. Akan
tetapi, pada 1991 para penguasa Rusia menundukkan kembali kaum perempuan kepada
patriarki dan mengurung mereka dalam tugas-tugas domestic.
Keempat, pada 1917 hak-hak kaum homoseksual dilindungi. Pada 1991, hak-hak
mereka disangkali.
Kelima, pada 1917 bangsa-bangsa lain yang pernah dikuasai oleh Kekaisaran
Rusia diberi hak untuk menentukan masa depan mereka sendiri, bahkan untuk memisahkan
diri dari Rusia bila rakyat menghendakinya. Pada 1991, semua dari bangsa-bangsa
itu dikekang di dalam Uni Soviet bertentangan dengan kehendak mereka. Dalam
pada itu, orang Rusia memiliki hak-hak istimewa atas bangsa-bangsa itu.
Kontrol Buruh
Pada 1917 kelas buruh memiliki
kontrol atas masyarakat melalui dewan-dewan yang terdiri dari perwakilan yang
diutus dari buruh, tani, dan prajurit (“Soviet-soviet”). Dalam Partai
Bolshevik, anggota-anggota memiliki hak yang penuh untuk memperdebatkan
pandangan-pandangan yang berbeda. Mereka berhak memberikan suara yang bebas dalam
pengambilan keputusan-keputusan politik. Namun, pada 1991 tidak ada demokrasi
sama sekali bagi kelas buruh. Anggota-anggota “Partai Komunis Uni Soviet” tidak
memiliki hak sama sekali untuk menyampaikan pendapat yang bertentangan dengan
garis yang dikemukakan oleh para pemimpin puncak.
Ini merupakan langkah mundur,
langkah yang mengingkari Sosialisme. Untuk membangun sebuah masyarakat
sosialis, kelas buruh harus merebut kekuasaan melalui dewan-dewan buruh atau
soviet-soviet, kemudian berupaya menghapuskan perbedaan-perbedaan kelas. Untuk
itu, demokrasi kelas buruh yang maksimum adalah hakiki. Kaum buruh sendiri harus
merencanakan perekonomian. Semua pembagian dalam kelas buruh berdasarkan ras,
seks, atau kebangsaan harus diatasi.
Proses pentransformasian
masyarakat seturut arah Sosialis ini mulai bergulir setelah Revolusi 1917. Tapi,
pada 1920-an dan 1930-an, Stalinisme membalikkan seluruh prose situ.
Kaum kapitalis selalu mengutuki Uni
Soviet dan menyamakan Sosialisme dengan rezim anti-demokrasi bahkan totaliter. Bagi
mereka, Uni Soviet = Sosialisme = Stalinisme = Totalitarianisme. Tapi mereka berpaling
dari kenyataan bahwa banyak kaum Bolshevik terkemuka melakukan perlawanan yang
sehebat-hebatnya terhadap pembalikan dan pengkhianatan atas Revolusi yang
dilakukan Stalin dan birokrasinya. Kaum kapitalis tidak pernah memberitahu kita
bahwa ada suatu alternatif, baik terhadap kapitalisme maupun Stalinisme!
Itulah sebabnya hari ini SPARTAKUS
Indonesia masih memandang penting Revolusi Bolshevik 1917. Revolusi ini adalah
sebuah revolusi buruh, sebuah revolusi sosialis, suatu langkah besar dalam
sejarah kemanusiaan. Di samping itu, perjuangan Trotsky melawan Stalinisme
adalah perjuangan yang sangat penting, karena sarat dengan pelajaran-pelajaran
untuk masa depan kita, bagi revolusi yang akan dipimpin oleh kaum buruh dan
kaum muda dunia pada Abad XXI.
Kemunculan Stalinisme
Sebelum Revolusi, Rusia adalah
sebuah negeri yang terbelakang. Kelas buruh dan Partai Bolshevik tahu bahwa
mereka berhadapan dengan tugas yang sangat besar untuk memoderenkan negeri itu,
membangun pembangkit enerji dan industri berat, dan mendidik jutaan kaum tani
yang masih buta aksara. Namun, mereka tidak pernah dibiarkan hidup dalam
suasana damai!
Empat belas negeri kapitalis
menginvasi Rusia dan bersekutu dengan “Tentara Putih” yang loyal kepada para
tuan tanah dan keluarga eks Kekaisaran Rusia. Mereka berupaya menghancurkan Republik-nya
kaum buruh itu. Tapi, pada 1921, dipimpin oleh Trotsky, Tentara Merah kaum
buruh dan tani berhasil memenangkan peperangan itu. Revolusi terselamatkan.
Namun, Revolusi dikalahkan bukan
oleh musuh dari luar. Revolusi dikalahkan oleh musuh yang jauh lebih mematikan:
musuh dari dalam!
Josef Stalin (1879-1953) tidak
seorang diri bertanggungjawab atas penghancuran Revolusi Rusia. Tidak ada
revolusi yang didukung oleh jutaan buruh bisa digulingkan oleh
tindakan-tindakan satu orang. Stalin menjadi berkuasa karena ia
merepresentasikan suatu kekuatan yang terus tumbuh di dalam Negara Soviet:
birokrasi.
Lenin, Trotsky, dan kaum
Bolshevik selalu menyadari bahwa Sosialisme tidak bisa didirikan di satu
negeri, lebih-lebih negeri terbelakang seperti Rusia. Kapitalisme adalah sebuah
sistem dunia. Sosialisme bisa menjadi suatu kenyataan jika dan hanya jika ia
bisa memberikan suatu standard hidup yang lebih tinggi dan sebuah perekonomian
yang lebih kuat daripada kapitalisme dunia.
Revolusi Rusia meniupkan api
perjuangan kelas buruh di seluruh dunia. Di Eropa, revolusi-revolusi besar
pecah. Dewan-dewan bercorak Soviet terbentuk di Hungaria dan Jerman. Kaum buruh
Italia merebut pabrik-pabrik mereka dalam dua tahun perjuangan yang hebat.
Namun, satu demi satu kesempatan ini bermuara dalam kekalahan karena tidak ada
partai buruh yang kuat – seperti Bolshevik – yang siap dan sanggup merebut
kekuasaan.
Akibatnya, Uni Soviet terisolasi.
Kompromi-kompromi harus dibuat dengan kaum tani kaya supaya makanan bisa
dipasok ke kota-kota. Selapisan middlemen
dan pejabat mulai muncul untuk mendapatkan kehidupan yang relatif nyaman.
Ibarat kata pepatah, mereka memancing ikan di air keruh, mencuri kesempatan
dalam kesempitan. Mereka mendapatkannya. Mereka duduk di posisi-posisi
birokratik Negara Soviet. Mereka beroleh keuntungan dari Negara Soviet. Karena
itu, mereka tidak ingin kapitalisme kembali.
Tapi, pada saat yang sama
orang-orang ini dibutuhkan dan beroleh keuntungan karena Uni Soviet terisolasi.
Tak heran bila mereka takut terhadap kemungkinan terjadinya revolusi-revolusi sosialis
di luar negeri. Sebab, revolusi-revolusi itu akan membebaskan Rusia dari
keterisolasiannya. Secara khusus, mereka takut kepada kelas buruh itu sendiri! Karena
itu, birokrasi Stalinis mulai melarang diskusi, perdebatan, dan demokrasi, baik
di dalam soviet-soviet maupun di dalam Partai Komunis. Stalin adalah Sekretaris
Jenderal Partai. Ia berkepentingan atas kasta birokratis. Ia mengekspresikan kepentingan
itu dengan lebih jelas.
Dalam surat wasiatnya, V.I. Lenin
(1870-1924) pernah mengatakan bahwa Stalin memiliki kekuasaan terlalu besar.
Lenin meminta Partai mewaspadai hal itu dan tidak membiarkan Stalin merajalela.
Tapi birokrasi semakin kuat. Peringatan Lenin tidak menguap di udara.
Setelah Lenin wafat, Stalin maju
dengan sebuah “teori” yang merupakan suatu serangan terhadap segala sesuatu
yang telah diperjuangkan oleh kaum Bolshevik. Ia mengklaim bahwa Sosialisme
bisa didirikan di Rusia tanpa kemenangan revolusi-revolusi sosialis di luar
negeri. Inilah teori “Sosialisme di Satu Negeri.” Implikasinya, revolusi dunia
tidak lagi menjadi keniscayaan. Alih-alih revolusi dunia, kaum Stalinis menggariskan
untuk hidup berdampingan dengan damai dengan kapitalisme dunia.
Tiap kali kaum Stalinis membuat
kesepakatan dengan negara-negara kapitalis, Stalin menekan kaum Komunis di
seluruh dunia supaya mereka tidak melakukan apapun yang bisa membuat
sekutu-sekutu barunya tidak senang. Pada 1930-an, kaum Stalinis menekan kelas
buruh supaya tidak merebut kekuasaan di negeri-negeri seperti Prancis dan
Spanyol. Kaum Stalinis membatasi revolusi
pada tujuan borjuis demokratis, bukan sosialis.
Perlawanan Trotsky
Pada 1923, Leon Trotsky (1879-1940)
mulai melancarkan perang politik melawan Stalin dan semua yang
direpresentasikannya. Ia menuntut supaya demokrasi buruh dikembalikan di dalam
Partai dan dalam kehidupan negara Soviet. Ia menyerukan sebuah rencana
demokratik untuk mengelola perekonomian demi kepentingan kaum buruh dan rakyat
pekerja, bukan kaum birokrat. Ia juga menolak teori Sosialisme di Satu Negeri
dan menganut perjuangan untuk revolusi dunia.
Stalin dan birokrasinya
mengalahkan kaum Trotskyis dengan menggelar kampanye intimidasi dan terror. Kaum Trotskyis dilarang bicara, dijebloskan ke
dalam penjara dan kamp-kamp kerja paksa, diusir, dan dibunuh. Dalam serangkaian
“Pembersihan” dan pengadilan-pengadilan sandiwara yang sarat rekayasa, kaum
Trotskyis didakwa dengan segala kejahatan: dari agen-agen Hitler hingga penyabot-penyabot
industri. Setiap masalah di Rusia, tiap-tiap kegagalan rezim, dipersalahkan kepada
kaum Trotskyis. Bahkan Stalin memacu propaganda keji anti-Yahudi, karena
Trotsky dan sejumlah oposisi terkemuka lainnya berlatarbelakang Yahudi. Ribuan
orang mati di Siberia, atau dengan sebutir peluru bersarang di kepala mereka.
Putera Trotsky, Sergei Sedov (1908-1937)
adalah seorang insinyur Soviet yang tidak berminat pada politik. Tapi ia didakwa
berusaha meracuni buruh-buruh pabrik Krasnoyarsk. Serge dijebloskan ke dalam
penjara, kemudian diasingkan ke Siberia, dan meninggal dunia sana. Saudara
laki-laki Sergei, yakni Leon Sedov (1906-1938), adalah seorang revolusioner
yang aktif di Paris. Ia turut serta dalam perlawanan terhadap Stalin. Ia
dibunuh oleh agen Stalin saat berada di sebuah rumah sakit di Paris.
Trotsky sendiri diusir dari Rusia.
Kebijakan pemerintah negara-negara kapitalis memaksanya untuk berpindah-pindah
dari satu negeri ke negeri yang lain. Sebagaimana halnya dengan Stalin, mereka
takut kepadanya. Satu demi satu, sekretaris-sekretaris Trotsky dibunuh oleh
polisi rahasia Stalin. Pada akhirnya Trotsky pun dibunuh oleh seorang agen
Stalin, di Meksiko pada 1940.
Padamulanya, Trotsky berpikir
bahwa penyakit Stalinis bisa disembuhkan dengan memperbarui Uni Soviet. Dalam
karyanya, Revolution Betrayed (1936, sudah
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia: Revolusi
yang Dikhianati [Resist Book, 2010]), ia menandaskan bahwa Uni Soviet
sekarang adalah sebuah negara buruh yang merosot atau memburuk (degenerate workers’ state). Kemerosotannya
terletak dalam kenyataannya bahwa kekuasaan negara tidak berada di tangan kaum
buruh, melainkan birokrasi. Tapi toh, Uni Soviet tetap negara buruh karena
alat-alat produksi tidak dimiliki secara pribadi dan perekonomian dikelola
secara terencana. Uni Soviet masih bisa disebut sebagai sebuah negara buruh dalam
artian yang hampir sama dengan sebuah serikat buruh yang dipimpin dan
dikhianati oleh kaum oportunis, yakni oleh agen-agen kapital. Meskipun rusak
parah, serikat buruh tersebut toh masih bisa disebut sebagai sebuah organisasi
buruh.
Implikasinya, pertama,
Uni Soviet masih bisa dan harus diperbarui dengan merebut kekuasaan dari
birokrasi dan mengembalikannya kepada kelas buruh. Revolusi bersenjata adalah
satu-satunya jalan untuk menggulingkan kediktatoran Stalinis. Setelah
menggulingkan birokrasi Stalinis, kaum buruh harus mempertahankan perekonomian
terencana dan industri-industri yang dikuasai negara. Tapi semua itu harus
diletakkan di bawah kontrol kelas buruh dalam rangka kembali ke jalan
Sosialisme.
Kedua, Uni Soviet masih
harus dipertahankan bila diserang oleh negara-negara kapitalis, seperti
misalnya ketika Jerman Nazi menginvasi Rusia pada 1941. Itu tidak berarti
mendukung Stalin dan birokrasinya. Mereka tetap harus digulingkan.
Dalam pada itu Trotsky
memperhitungkan: bila kelas buruh tidak menggulingkan birokrasi Stalinis dan
mengembalikan kekuasaan ke tangan dewan-dewan buruh yang demokratis itu, pada
akhirnya kaum birokrat itu akan membawa Rusia kembali pada kapitalisme.
Kenyataannya Trotsky benar!
Setelah 1991, para eks pejabat Stalinis berdiri di deretan terdepan untuk
menjadi milyuner kapitalis, saat pasar dan sistem profit sedang diintrodusir
kembali di seluruh Rusia dan Eropa Timur, yang mengakibatkan pengangguran massal,
kriminalitas, inflasi, dan korupsi.
Dalam perjuangan melawan Stalin
dan birokrasinya, kebanyakan orang akan mengatakan bahwa Trotsky kalah. Bahkan beberapa
orang percaya bahwa Trotsky pasti salah. Kata mereka, bila Trotsky benar,
Trotsky pasti menang. Cara berpikir yang keliru, tentu. Jika tiap-tiap orang
yang kalah dalam perjuangan otomatis berada di pihak yang salah, sesungguhnya keadilan
berpihak pada sejumlah diktator dan tiran yang paling buruk di sepanjang
sejarah.
Para pengkritik Trotksy juga
keliru dalam hal lain yang lebih penting. Bukan Sosialisme yang runtuh pada 1991;
yang runtuh adalah Stalinisme. Karena itu, ketika jutaan kaum muda melihat kebangkrutan
sistem kapitalis saat ini, mereka tidak akan berpaling kepada idea dan praksis yang
sudah gagal, yang telah mendistorsi Sosialisme. Mereka akan berpaling kepada
idea dan praksis asli Bolshevisme, yang dijalankan oleh Lenin dan Trotsky serta
kaum buruh yang telah bangkit dengan kesadaran kelas yang revolusioner. Itulah idea
dan praksis yang untuknya Trotsky telah gugur: demokrasi buruh, kesetaraan, dan
revolusi dunia! ***
Ditulis ulang dengan berbagai penyesuaian oleh Pandu Jakasurya dari “Trotsky: The Fight Against
Stalinism,” http://revousa.org/?p=581#more-581
Tidak ada komentar:
Posting Komentar