Minggu, 15 Maret 2015

LEON TROTSKY: BERJUANG MELAWAN STALINISME

Leon Trotsky: Berjuang Melawan Stalinisme

Pada 31 Desember 1991, Uni Soviet secara resmi dinyatakan bubar. Uni Soviet runtuh. Sementara orang mengatakan bahwa keruntuhan Uni Soviet adalah bukti bahwa Sosialisme telah gagal. Betapa tidak. Sejak keruntuhan Uni Soviet, segelintir minoritas multi-jutawan yang mengendalikan dunia terus berusaha mengajari kaum buruh dan kaum muda: tidak ada alternatif bagi kesenjangan, kemelaratan, dan kekacauan pasar; kapitalisme global adalah satu-satunya sistem yang bisa berjalan. Mereka ingin kita percaya bahwa upaya apapun untuk menyingkirkan kapitalisme akan menghasilkan kediktatoran, barisan panjang orang-orang yang mengantri roti, dan pada akhirnya keruntuhan. Seperti yang telah terjadi di Rusia!

Tapi, tunggu dulu. Betulkah sistem yang runtuh di Rusia pada akhir 1991 itu benar-benar sistem Sosialis? Memang, di sana bendera merah pernah berkibar, bintang merah pernah mengangkasa, dan patung Lenin pernah berdiri tegak. Tapi sistem yang bercokol sekian lama di Rusia sangatlah jauh dari Sosialisme! Sesungguhnya, hingga 1991 para penguasa Uni Soviet telah menginjak-injak setiap prinsip dari Revolusi Sosialis yang dipimpin oleh Lenin dan Trotsky pada 1917.

Uni Soviet bukan Sosialis; ia Stalinis! Apa bedanya? Mungkin begitu Saudara bertanya. Izinkan kami menjawabnya. Kita mulai dengan membuat perbandingan.

Pertama, pada 1917 hak-hak istimewa kaum kaya dihapuskan. Dalam upaya menghapuskan kesenjangan antara si kaya dan si miskin, uang kaum kaya disita. Tapi, di bawah Stalinisme para penguasa Rusia telah mengumpulkan sejumlah besar uang bagi diri mereka sendiri. Mereka hidup dalam kemewahan.

Kedua, pada 1917 rumah-rumah milik kaum kaya, yakni yang kedua, ketiga, dan seterusnya, disita dan dibagi-bagikan kepada kaum miskin dan mereka yang tidak punya rumah. Sebaliknya, pada 1991, para penguasa Rusia memiliki apartemen-apartemen yang mewah di Moskow dan vila-vila di pantai Laut Hitam!

Ketiga, pada 1917 kaum perempuan memiliki kesetaraan penuh di hadapan hukum. Kaum perempuan berhak atas tubuh mereka. Mereka terbebaskan dari patriarki berikut berbagai keharusan yang menindas kaum perempuan. Mereka bebas mengaktualisasikan diri. Akan tetapi, pada 1991 para penguasa Rusia menundukkan kembali kaum perempuan kepada patriarki dan mengurung mereka dalam tugas-tugas domestic.

Keempat, pada 1917 hak-hak kaum homoseksual dilindungi. Pada 1991, hak-hak mereka disangkali.

Kelima, pada 1917 bangsa-bangsa lain yang pernah dikuasai oleh Kekaisaran Rusia diberi hak untuk menentukan masa depan mereka sendiri, bahkan untuk memisahkan diri dari Rusia bila rakyat menghendakinya. Pada 1991, semua dari bangsa-bangsa itu dikekang di dalam Uni Soviet bertentangan dengan kehendak mereka. Dalam pada itu, orang Rusia memiliki hak-hak istimewa atas bangsa-bangsa itu.

Kontrol Buruh

Pada 1917 kelas buruh memiliki kontrol atas masyarakat melalui dewan-dewan yang terdiri dari perwakilan yang diutus dari buruh, tani, dan prajurit (“Soviet-soviet”). Dalam Partai Bolshevik, anggota-anggota memiliki hak yang penuh untuk memperdebatkan pandangan-pandangan yang berbeda. Mereka berhak memberikan suara yang bebas dalam pengambilan keputusan-keputusan politik. Namun, pada 1991 tidak ada demokrasi sama sekali bagi kelas buruh. Anggota-anggota “Partai Komunis Uni Soviet” tidak memiliki hak sama sekali untuk menyampaikan pendapat yang bertentangan dengan garis yang dikemukakan oleh para pemimpin puncak.

Ini merupakan langkah mundur, langkah yang mengingkari Sosialisme. Untuk membangun sebuah masyarakat sosialis, kelas buruh harus merebut kekuasaan melalui dewan-dewan buruh atau soviet-soviet, kemudian berupaya menghapuskan perbedaan-perbedaan kelas. Untuk itu, demokrasi kelas buruh yang maksimum adalah hakiki. Kaum buruh sendiri harus merencanakan perekonomian. Semua pembagian dalam kelas buruh berdasarkan ras, seks, atau kebangsaan harus diatasi.

Proses pentransformasian masyarakat seturut arah Sosialis ini mulai bergulir setelah Revolusi 1917. Tapi, pada 1920-an dan 1930-an, Stalinisme membalikkan seluruh prose situ.

Kaum kapitalis selalu mengutuki Uni Soviet dan menyamakan Sosialisme dengan rezim anti-demokrasi bahkan totaliter. Bagi mereka, Uni Soviet = Sosialisme = Stalinisme = Totalitarianisme. Tapi mereka berpaling dari kenyataan bahwa banyak kaum Bolshevik terkemuka melakukan perlawanan yang sehebat-hebatnya terhadap pembalikan dan pengkhianatan atas Revolusi yang dilakukan Stalin dan birokrasinya. Kaum kapitalis tidak pernah memberitahu kita bahwa ada suatu alternatif, baik terhadap kapitalisme maupun Stalinisme!

Itulah sebabnya hari ini SPARTAKUS Indonesia masih memandang penting Revolusi Bolshevik 1917. Revolusi ini adalah sebuah revolusi buruh, sebuah revolusi sosialis, suatu langkah besar dalam sejarah kemanusiaan. Di samping itu, perjuangan Trotsky melawan Stalinisme adalah perjuangan yang sangat penting, karena sarat dengan pelajaran-pelajaran untuk masa depan kita, bagi revolusi yang akan dipimpin oleh kaum buruh dan kaum muda dunia pada Abad XXI.

Kemunculan Stalinisme

Sebelum Revolusi, Rusia adalah sebuah negeri yang terbelakang. Kelas buruh dan Partai Bolshevik tahu bahwa mereka berhadapan dengan tugas yang sangat besar untuk memoderenkan negeri itu, membangun pembangkit enerji dan industri berat, dan mendidik jutaan kaum tani yang masih buta aksara. Namun, mereka tidak pernah dibiarkan hidup dalam suasana damai!

Empat belas negeri kapitalis menginvasi Rusia dan bersekutu dengan “Tentara Putih” yang loyal kepada para tuan tanah dan keluarga eks Kekaisaran Rusia. Mereka berupaya menghancurkan Republik-nya kaum buruh itu. Tapi, pada 1921, dipimpin oleh Trotsky, Tentara Merah kaum buruh dan tani berhasil memenangkan peperangan itu. Revolusi terselamatkan.

Namun, Revolusi dikalahkan bukan oleh musuh dari luar. Revolusi dikalahkan oleh musuh yang jauh lebih mematikan: musuh dari dalam!

Josef Stalin (1879-1953) tidak seorang diri bertanggungjawab atas penghancuran Revolusi Rusia. Tidak ada revolusi yang didukung oleh jutaan buruh bisa digulingkan oleh tindakan-tindakan satu orang. Stalin menjadi berkuasa karena ia merepresentasikan suatu kekuatan yang terus tumbuh di dalam Negara Soviet: birokrasi.

Lenin, Trotsky, dan kaum Bolshevik selalu menyadari bahwa Sosialisme tidak bisa didirikan di satu negeri, lebih-lebih negeri terbelakang seperti Rusia. Kapitalisme adalah sebuah sistem dunia. Sosialisme bisa menjadi suatu kenyataan jika dan hanya jika ia bisa memberikan suatu standard hidup yang lebih tinggi dan sebuah perekonomian yang lebih kuat daripada kapitalisme dunia.

Revolusi Rusia meniupkan api perjuangan kelas buruh di seluruh dunia. Di Eropa, revolusi-revolusi besar pecah. Dewan-dewan bercorak Soviet terbentuk di Hungaria dan Jerman. Kaum buruh Italia merebut pabrik-pabrik mereka dalam dua tahun perjuangan yang hebat. Namun, satu demi satu kesempatan ini bermuara dalam kekalahan karena tidak ada partai buruh yang kuat – seperti Bolshevik – yang siap dan sanggup merebut kekuasaan.

Akibatnya, Uni Soviet terisolasi. Kompromi-kompromi harus dibuat dengan kaum tani kaya supaya makanan bisa dipasok ke kota-kota. Selapisan middlemen dan pejabat mulai muncul untuk mendapatkan kehidupan yang relatif nyaman. Ibarat kata pepatah, mereka memancing ikan di air keruh, mencuri kesempatan dalam kesempitan. Mereka mendapatkannya. Mereka duduk di posisi-posisi birokratik Negara Soviet. Mereka beroleh keuntungan dari Negara Soviet. Karena itu, mereka tidak ingin kapitalisme kembali.

Tapi, pada saat yang sama orang-orang ini dibutuhkan dan beroleh keuntungan karena Uni Soviet terisolasi. Tak heran bila mereka takut terhadap kemungkinan terjadinya revolusi-revolusi sosialis di luar negeri. Sebab, revolusi-revolusi itu akan membebaskan Rusia dari keterisolasiannya. Secara khusus, mereka takut kepada kelas buruh itu sendiri! Karena itu, birokrasi Stalinis mulai melarang diskusi, perdebatan, dan demokrasi, baik di dalam soviet-soviet maupun di dalam Partai Komunis. Stalin adalah Sekretaris Jenderal Partai. Ia berkepentingan atas kasta birokratis. Ia mengekspresikan kepentingan itu dengan lebih jelas.

Dalam surat wasiatnya, V.I. Lenin (1870-1924) pernah mengatakan bahwa Stalin memiliki kekuasaan terlalu besar. Lenin meminta Partai mewaspadai hal itu dan tidak membiarkan Stalin merajalela. Tapi birokrasi semakin kuat. Peringatan Lenin tidak menguap di udara.

Setelah Lenin wafat, Stalin maju dengan sebuah “teori” yang merupakan suatu serangan terhadap segala sesuatu yang telah diperjuangkan oleh kaum Bolshevik. Ia mengklaim bahwa Sosialisme bisa didirikan di Rusia tanpa kemenangan revolusi-revolusi sosialis di luar negeri. Inilah teori “Sosialisme di Satu Negeri.” Implikasinya, revolusi dunia tidak lagi menjadi keniscayaan. Alih-alih revolusi dunia, kaum Stalinis menggariskan untuk hidup berdampingan dengan damai dengan kapitalisme dunia. 

Tiap kali kaum Stalinis membuat kesepakatan dengan negara-negara kapitalis, Stalin menekan kaum Komunis di seluruh dunia supaya mereka tidak melakukan apapun yang bisa membuat sekutu-sekutu barunya tidak senang. Pada 1930-an, kaum Stalinis menekan kelas buruh supaya tidak merebut kekuasaan di negeri-negeri seperti Prancis dan Spanyol. Kaum Stalinis membatasi  revolusi pada tujuan borjuis demokratis, bukan sosialis.

Perlawanan Trotsky

Pada 1923, Leon Trotsky (1879-1940) mulai melancarkan perang politik melawan Stalin dan semua yang direpresentasikannya. Ia menuntut supaya demokrasi buruh dikembalikan di dalam Partai dan dalam kehidupan negara Soviet. Ia menyerukan sebuah rencana demokratik untuk mengelola perekonomian demi kepentingan kaum buruh dan rakyat pekerja, bukan kaum birokrat. Ia juga menolak teori Sosialisme di Satu Negeri dan menganut perjuangan untuk revolusi dunia.

Stalin dan birokrasinya mengalahkan kaum Trotskyis dengan menggelar kampanye intimidasi dan terror.  Kaum Trotskyis dilarang bicara, dijebloskan ke dalam penjara dan kamp-kamp kerja paksa, diusir, dan dibunuh. Dalam serangkaian “Pembersihan” dan pengadilan-pengadilan sandiwara yang sarat rekayasa, kaum Trotskyis didakwa dengan segala kejahatan: dari agen-agen Hitler hingga penyabot-penyabot industri. Setiap masalah di Rusia, tiap-tiap kegagalan rezim, dipersalahkan kepada kaum Trotskyis. Bahkan Stalin memacu propaganda keji anti-Yahudi, karena Trotsky dan sejumlah oposisi terkemuka lainnya berlatarbelakang Yahudi. Ribuan orang mati di Siberia, atau dengan sebutir peluru bersarang di kepala mereka.

Putera Trotsky, Sergei Sedov (1908-1937) adalah seorang insinyur Soviet yang tidak berminat pada politik. Tapi ia didakwa berusaha meracuni buruh-buruh pabrik Krasnoyarsk. Serge dijebloskan ke dalam penjara, kemudian diasingkan ke Siberia, dan meninggal dunia sana. Saudara laki-laki Sergei, yakni Leon Sedov (1906-1938), adalah seorang revolusioner yang aktif di Paris. Ia turut serta dalam perlawanan terhadap Stalin. Ia dibunuh oleh agen Stalin saat berada di sebuah rumah sakit di Paris.

Trotsky sendiri diusir dari Rusia. Kebijakan pemerintah negara-negara kapitalis memaksanya untuk berpindah-pindah dari satu negeri ke negeri yang lain. Sebagaimana halnya dengan Stalin, mereka takut kepadanya. Satu demi satu, sekretaris-sekretaris Trotsky dibunuh oleh polisi rahasia Stalin. Pada akhirnya Trotsky pun dibunuh oleh seorang agen Stalin, di Meksiko pada 1940.

Padamulanya, Trotsky berpikir bahwa penyakit Stalinis bisa disembuhkan dengan memperbarui Uni Soviet. Dalam karyanya, Revolution Betrayed (1936, sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia: Revolusi yang Dikhianati [Resist Book, 2010]), ia menandaskan bahwa Uni Soviet sekarang adalah sebuah negara buruh yang merosot atau memburuk (degenerate workers’ state). Kemerosotannya terletak dalam kenyataannya bahwa kekuasaan negara tidak berada di tangan kaum buruh, melainkan birokrasi. Tapi toh, Uni Soviet tetap negara buruh karena alat-alat produksi tidak dimiliki secara pribadi dan perekonomian dikelola secara terencana. Uni Soviet masih bisa disebut sebagai sebuah negara buruh dalam artian yang hampir sama dengan sebuah serikat buruh yang dipimpin dan dikhianati oleh kaum oportunis, yakni oleh agen-agen kapital. Meskipun rusak parah, serikat buruh tersebut toh masih bisa disebut sebagai sebuah organisasi buruh.

Implikasinya, pertama, Uni Soviet masih bisa dan harus diperbarui dengan merebut kekuasaan dari birokrasi dan mengembalikannya kepada kelas buruh. Revolusi bersenjata adalah satu-satunya jalan untuk menggulingkan kediktatoran Stalinis. Setelah menggulingkan birokrasi Stalinis, kaum buruh harus mempertahankan perekonomian terencana dan industri-industri yang dikuasai negara. Tapi semua itu harus diletakkan di bawah kontrol kelas buruh dalam rangka kembali ke jalan Sosialisme.

Kedua, Uni Soviet masih harus dipertahankan bila diserang oleh negara-negara kapitalis, seperti misalnya ketika Jerman Nazi menginvasi Rusia pada 1941. Itu tidak berarti mendukung Stalin dan birokrasinya. Mereka tetap harus digulingkan.

Dalam pada itu Trotsky memperhitungkan: bila kelas buruh tidak menggulingkan birokrasi Stalinis dan mengembalikan kekuasaan ke tangan dewan-dewan buruh yang demokratis itu, pada akhirnya kaum birokrat itu akan membawa Rusia kembali pada kapitalisme.

Kenyataannya Trotsky benar! Setelah 1991, para eks pejabat Stalinis berdiri di deretan terdepan untuk menjadi milyuner kapitalis, saat pasar dan sistem profit sedang diintrodusir kembali di seluruh Rusia dan Eropa Timur, yang mengakibatkan pengangguran massal, kriminalitas, inflasi, dan korupsi.

Dalam perjuangan melawan Stalin dan birokrasinya, kebanyakan orang akan mengatakan bahwa Trotsky kalah. Bahkan beberapa orang percaya bahwa Trotsky pasti salah. Kata mereka, bila Trotsky benar, Trotsky pasti menang. Cara berpikir yang keliru, tentu. Jika tiap-tiap orang yang kalah dalam perjuangan otomatis berada di pihak yang salah, sesungguhnya keadilan berpihak pada sejumlah diktator dan tiran yang paling buruk di sepanjang sejarah.

Para pengkritik Trotksy juga keliru dalam hal lain yang lebih penting. Bukan Sosialisme yang runtuh pada 1991; yang runtuh adalah Stalinisme. Karena itu, ketika jutaan kaum muda melihat kebangkrutan sistem kapitalis saat ini, mereka tidak akan berpaling kepada idea dan praksis yang sudah gagal, yang telah mendistorsi Sosialisme. Mereka akan berpaling kepada idea dan praksis asli Bolshevisme, yang dijalankan oleh Lenin dan Trotsky serta kaum buruh yang telah bangkit dengan kesadaran kelas yang revolusioner. Itulah idea dan praksis yang untuknya Trotsky telah gugur: demokrasi buruh, kesetaraan, dan revolusi dunia! ***



Ditulis ulang dengan berbagai penyesuaian oleh Pandu Jakasurya dari “Trotsky: The Fight Against Stalinism,” http://revousa.org/?p=581#more-581

Tidak ada komentar:

Posting Komentar